Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Sunday, March 6, 2011

Obat dan Antibiotik Saat Hamil

ASTHMA
Asthma adalah penyakit kronis yang sering diderita ibu hamil. Penyakit asthma-nya sendiri bisa berpengaruh buruk terhadap kehamilan; preeklampsi (penyakit kehamilan yang ciri-cirinya hipertensi, bengkak kaki, air kencing berbuih tanda banyak protein hingga komplikasi kejang), berat badan rendah pada bayi lahir, kematian bayi muda, hingga cacat. Sayangnya
obat asthma yang utama, kelompok obat beta agonis (****asma, Ven*****), bisa menyebabkan tokolitik (mengurangi kontraksi sehingga proses kelahiran lebih lama)--tentunya saat akan melahirkan. Sehingga pilihan pengobatan beralih ke kromolin dan kortison (jangan tanya obat macam apa!) juga teofilin (****solvan) dalam dosis terpantau. Kalaupun terpaksa menggunakan beta agonis maka pilihlah pemakaian yang dihisap (inhaler)


ANTASID
Antasid, berasal dari kata anti acid = anti asam (lambung). Antasid adalah obat maag (dulu namanya gastritis, sekarang dikenal sebagai dispepsia) yang populer dijual bebas. Antasid yang berisi alumunium (Plantacid, Polycrol, Waisan), magnesium (Myloxan, Madrox, Promag), kalsium Karbonat (Aludonna), dan simethicon (Mylanta) relatif aman untuk dianjurkan kepada ibu hamil. Obat penghambat produksi asam lambung jenis lain harus dikonsultasikan.


MUAL
Tidak perlu disebutkan jenisnya, obat kimia pereda mual umumnya aman namun hendaknya dihindari. Beberapa kandungan (kimia) yang lebih ramah seperti vitamin B6 dan B12, kafein (kopi) mampu mengurangi mual dan berisiko rendah. Pesan nenek (lagi...); campuran jahe dalam makanan dapat mengatasi mual. Jahe boleh dikonsumsi dalam bentuk teh, essence (sari), kapsul, tablet, biskuit dan kue.

Selain itu makanlah sesuatu sebelum tidur agar tidak bangun di pagi hari dengan lambung penuh asam. Atur makanan dengan diet ransum kecil tapi sering. Cemil-lah (bahasa apa nih?) makanan ringan seperti kue-kue kering atau buah-buahan. Hindari suplemen zat besi (termasuk susu yang mengandung zat besi) karena bisa memancing rasa mual.

Bila mual datang, cobalah duduk dan tekuk badan ke depan sehingga kepala berada di kedua paha. 



DIARE
Seorang dewasa disebut diare bila dalam satu hari buang air besar lebih dari tiga kali--padat apalagi cair. Oralit adalah obat standar untuk diare juga muntah. Jangan terpancing anjuran sesat untuk minum "arang" (No***) bila belum benar-benar tahu keracunan makanan. Kaolin dan Pektin (Neo Kaominal) serta attapulgit (Fitodiar, Enterostop) boleh diberikan pada Ibu hamil. Antidiare lainnya (***dium dsb.) lebih baik jangan... (lagipula bukan obat jual bebas, yey!)


ANTIBIOTIK
To the point aja; antibiotik yang aman buat ibu hamil dan janinnya... Amoksisilin (Udah pada tahu kan?). Kalau pun kumannya bukan yang jenis sensitif amoksisilin maka jangka waktunya harus lebih lama. Misal, demam tifoid, pemberian amoksisilin bukan 3 hari tapi 7 hari.


KEPUTIHAN
Sub tema ini kurang tepat karena banyaknya kondisi yang menyangkut keluhan dari area "V". Jumlahnya sering, dilaporkan sampai 20% dari ibu hamil. Risikonya juga tidak main-main--kemungkinan pecahnya ketuban sehingga janin lahir dini! Sekedar tahu saja, hormon kehamilan menyebabkan banyaknya produksi lendir. Bakteri, jamur, dan parasit senang tumbuh di area berbasah-basahan.

Thank's God ada anti bakteri dan parasit (metronidazole) serta anti jamur (nistatin) dalam bentuk ovula (Flagystatin). Oval seperti suppositoria (yang dimasukkan ke anus) tapi ini langsung ke "V" (daleman dikit lah..) sebaiknya sesudah buang air (kecil dan besar). Oh ya, jangan lupa plastiknya dikupas hingga obat teraba seperti lilin (Soalnya ada cerita lucu pasien yang masukkan ovula seplastik-plastiknya. Ya mana lumer obatnya?)

JERAWAT dan "STRETCH MARK"
Sejak vitamin A dan turunan senyawa kimianya, isotretionin (***trex), mempunyai bahaya kelainan jantung dan cacat kepala pada janin maka baiknya pemakaiannya untuk jerawat dihindari. Obat jerawat berupa krim antibiotik dengan atau tanpa kortison masih diperbolehkan.
Gatal-gatal yang timbul (karena psikis) selama masa kehamilan dapat dikurangi difenhidramin (Caladine) dalam bentuk lotion. Sedang flek merah gelap (striae) akibat garukan (stretch mark) boleh dioles krim vitamin E (Evion) yang tersedia di toko-toko kosmetik.
Selain itu pula obat-obat yang berhubungan dengan pemutihan kulit (quinone; M***nox, P***nox, dan sabun/krim pemutih ilegal lainnya) juga baiknya dihindari selama kehamilan.

KONTRASEPSI
Obat (KB) kontrasepsi hormonal, pil maupun vial suntikan, jelas dilarang nagi Ibu hamil. Bagi bayi disusui, pil progesteron aman namun dianjurkan tidak pada usia dua bulan pertama. Terlebih KB hormonal bisa mengurangi ASI (toh, menyusui juga kontrasepsi alami!)


................................


Berbeda dengan efek obat-obatan yang masuk ari-ari; Obat-obatan yang mengalir ke ASI haruslah bersifat asam dan larut lemak. Obat yang terminum melalui ASI tidak sebanyak yang masuk ari-ari. Artinya, lebih sedikit kemungkinan efek samping pada bayi disusui. Namun juga berarti kadarnya tidak konstan. Jadi bukanlah solusi jika si Bayi sakit tapi Ibu yang minum obat.

Dalam realitanya, paparan obat ke dalam ASI terbatasi dengan daya serap usus bayi yang belum mumpuni. Metabolisme bayi baru lahir juga belum sempurna. Konsekuensinya obat bisa jadi lebih aman atau lebih berbahaya. Obat yang aman bagi kehamilan bisa jadi berbahaya bagi bayi disusui. Lagipula hanya bayi kecil yang mungkin sangat bergantung pada ASI. Anak yang lebih besar sudah makan Pendamping ASI, PASI. Tapi jangan jadikan momen ibu sakit minum obat sebagai kesempatan untuk menyapih anak ya!

Kalau boleh saya ambil benang merah tentang polemik minum obat saat menyusui; bukan soal obat yang masuk ASI yang harus dikuatirkan tapi kira-kira bayi terpengaruh nggak dengan obat dalam ASI yang terminum ?

Daftar obat yang larut dalam ASI dan berbahaya bagi bayi disusui tidak sebanyak obat-obatan yang dilarang saat kehamilan. Yang lebih banyak lagi adalah obat-obatan yang sedikit terdapat di ASI dan efeknya bagi bayi tidak diketahui. Dari kategori obat di atas, kuranglebih yang harus diwaspadai adalah (tentu) antibiotik, obat pilek, obat asthma, obat demam dan nyeri.

Sama dengan prinsip penggunaan obat dalam kehamilan, sekali lagi "OBAT BOLEH DIGUNAKAN JIKA MANFAATNYA TERHADAP IBU LEBIH BESAR DARI RISIKO TERHADAP BAYI YANG DISUSUI"

Hampir terlewat... Ke empat, informasikan kehamilan juga proses menyusui anda kepada dokter atau apoteker. Kesadaran ini akan membantu pengambil keputusan apakah obat yang akan diresepkan boleh atau tidak diberikan pada ibu hamil atau menyusui. Ini cerita beneran; Ada Ibu hamil yang berobat ke (nggak perlu disebutkan namanya) minta dikuruskan badannya. Alih-alih tablet urus-urus yang terjadi seluruh "isi perutnya" keluar (alias keguguran). Atau kasus hamil muda; si Ibu dan si pengobat ini sama-sama tidak tahu. Ya kebayang deh efeknya dikasih kontrasepsi. 

Beritahukan pula usia kehamilan atau pola menyusui si buah hati. Obat pereda nyeri mungkin aman bila diberikan pada trimester 1 dan 2. Tapi jika pada trimester 3 berhati-hatilah! Begitu juga obat asthma, obat hipertensi, antasida yang mengandung magnesium.
Terakhir, obat pasti punya label informasi (meski minim). Baca baik-baik;

  • "Hati-hati digunakan, terutama pada trimester pertama..."
  • "Belum ada bukti obat aman pada kehamilan manusia..."
  • "Jangan gunakan obat ini pada Ibu hamil kecuali dengan alasan tepat..."
  • "Manfaat obat ini harus dipertimbangkan dengan efek yang belum diketahui pada janin..."

Selama masa kehamilan juga menyusui, janin dan bayi adalah subjek (?) "penderita" yang paling pasif dalam menerima paparan. Oleh karenanya, gunakan obat secara bijak ketika manfaat jauh lebih besar dari risiko. Informasi adalah hal yang paling penting; baca referensi, komunikasikan dengan tenaga kesehatan profesional, dan waspada terhadap efek yang tidak diharapkan mudah-mudahan dapat membantu ibu hamil atau menyusui menemani buah hatinya menuju kelahiran bayi yang aman dan sehat serta pertumbuhan anak yang paripurna. (Meniru jargon suatu partai =D)
"PEMIMPIN YANG BERKUALITAS LAHIR DARI IBU YANG CERDAS"

Oleh: Herwindo Iman Adhiwijaya, dr
ruangmuslim.com 
 

0 comments:

Post a Comment