Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Wednesday, June 26, 2013

Kencing Bayi Najis?

Bunda, berhati-hatilah dalam menjaga kebersihan. Terutama kebersihan diri dan anak-anak yang masih bayi/balita. Air kencing yang terciprat ke pakaian menjadi faktor dominan penyebab siksa kubur. Jadi, jangan biarkan najis ada dimana-mana yah.

Dalam Islam kebersihan sangat diajarkan untuk dipelihara sampai faktor sekecil-kecilnya, seperti masalah buang air. Jangan sampai ketika selesai buang air, najis air kencing masih ada walau selesai. Segeralah bersuci dengan air. Begitu pula jika bayi kita buang air, bersihkan dan sucikan dengan air, bukan dengan tisu.

"Kebanyakan azab kubur dari kencing." [Shahih, HR. Ahmad dan Ibnu Majah serta dishahihkan Syaikh al-Albani dalam Irwa'ul Ghalil (280)]
 Air kencing bayi juga termasuk najis loh bund. Bahkan termasuk juga kencing anak kecil (lelaki dan perempuan) yang belum memakan apa-apa kecuali ASI, berdasarkan keumuman hadits di atas. Hanya saja dalam menyucikannya terdapat perbedaan, dimana Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Kencing anak lelaki disirami air dan kencing anak perempuan dicuci.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad dari Ali).
[An-Nail: 1/55-57, 85, Al-Mumti': 1/437-438 dan As-Subul: 1/165-166]

Jadi, jika si anak ngompol segera bersihkan, terutama sewaktu  dia pakai popok cuci ulang, training pant, atau apapun yang bisa tembus.. Kalau kita menggendong dia yang sudah ngompol, lalu nempel di baju kita, otomatis baju kita gak bisa dibuat shalat kan? Jangan sampai juga, dia merangkak, duduk, berjalan di lantai, dudukdi kasur masih dalam keadaan basah celananya. Amannya, segera ketahui kapanpun celananya lembab atau basah. Segeralah, bersihkan dirinya dan ganti celananya dengan yang bersih saat itu juga. Usap dengan kain basah area dimana dia berada tadi, misal duduk di latai ya bersihkan area bekas duduknya. Ketahuan nempel di karpet, maka laplah karpet itu.

Buang Air Jongkok vs Duduk

Aisyah RA berkata, “Barangsiapa yang menceritakan kepada kalian bahwa Nabi SAW buang air kecil sambil berdiri, maka janganlah kalian percaya. Beliau tidak pernah buang air kecil kecuali sambil duduk.” (HR. Tirmidzi).

“Sambil Duduk,” maksudnya yaitu dengan jongkok. Jongkoknya nabi ketika buang air kecil ini, tidak terlepas dari kondisi zaman itu dan dari pakaian yang beliau pakai. Pada zaman nabi, WC terletak di dalam tanah yang ditutup dengan besi berlubang. Meskipun buang air kecil dengan jongkok lebih baik, namun pada prinsipnya adalah bagaimana cara agar tidak terkena najis.Kita diperbolehkan kencing sambil berdiri dengan syarat badan dan pakaiannya aman dari percikan air kencing dan aman dari pandangan orang lain kepada. Terutama kalau hal tersebut (berdiri) sangat dibutuhkan karena sempitnya pakaian atau karena ada penyakit di tubuh kita, namun hukumnya makruh kalau tidak ada kebutuhan.

Manfaat Buang Air Besar Sambil Jongkok


Sebagai Umat Islam, hendaknya kita ikuti sunnah dulu tanpa memikirkan dampak atau manfaat secara logis. Namun pada akhirnya kini telah ditemukan manfaat buang air sambil jongkok seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Pada tahun 2010 para peneliti Jepang meneliti cairan yang dilepaskan dari dubur baik dalam posisi duduk atau jongkok. Dari rekaman video sinar x terungkap, sudut anorektal yang terbentuk mulai dari dalam anus naik dari 100 menjadi 126 derajat ketika responden pindah posisi dari duduk ke jongkok. Peneliti mengamati kemungkinan terjadinya pengurangan keinginan mengejan saat jongkok.

Mengejan saat buang air besar erat kaitannya dengan terjadinya wasir. Wasir terjadi ketika pembuluh darah di bagian dubur bengkak, sementara tekanan saat mengejan akan menyebabkan pembuluh darah semakin membesar.

Wasir bisa disebabkan mengejan saat buang air besar, sembelit, duduk dalam waktu lama, infeksi dubur, atau penyakit seperti sirosis hati. Penyakit ini bisa terjadi secara internal maupun ekternal. Gejalanya seperti gatal-gatal pada dubur, rasa sakit dan nyeri seputar dubur, terdapat darah merah pada tinja, nyeri saat buang air besar serta muncul benjolan keras di sekitar dubur.

 
Secara medis, buang air besar (BAB) dengan posisi jongkok dapat mencegah terjadinya kanker usus besar. Saat posisi duduk, usus bagian bawah akan tertekuk sehingga proses pembuangan tidak dapat berlangsung efektif tanpa bantuan mengejan. Padahal, mengejan sambil menahan napas akan meningkatkan tekanan dalam usus bagian bawah serta menyebabkan regangan dan pembengkakan pembuluh darah balik membentuk wasir, terutama jika kebiasaan ini dilakukan secara kontinyu dalam jangka lama.


Selain itu, posisi duduk menyebabkan rektum terbatasi oleh otot puborectalis. Otot ini sangat penting dalam menjalani kegiatan harian, karena memungkinkan untuk mengontrol Anda melepaskan perut, tetapi dapat menjadi penghalang ketika tiba saatnya untuk menggunakan kamar mandi.

Jongkok membantu otot puborectalis untuk bersantai, sekali lagi mengurangi jumlah ketegangan yang diperlukan untuk evakuasi tinja. Pada gilirannya, mengurangi ketegangan menyebabkan lebih sedikit masalah usus dan pencernaan.


Jadi, kesimpulannya, manfaat buang air sambil jongkok adalah:
1. Mengurangi sembelit, kembung, dan gas
2. Menurunkan insiden dan gejala wasir
3. Peningkatan kesehatan usus besar secara keseluruhan
4. Otot panggul dan kontrol kandung kemih menjadi lebih baik
5. Mengurangi ketegangan dan proses BAB menjadi lebih cepat.

 

Sumber:
terselubung.blogspot.com
cakradyant.blogdetik.com 
http://health.detik.com/read/2013/04/12/092410/2218334/763/toilet-duduk-vs-jongkok-mana-yang-lebih-sehat


Saturday, June 1, 2013

Musik Klasik dapat Membuat Bayi Cerdas?

Memperdengarkan musik, khususnya musik klasik pada bayi dalam kandungan sudah dikenal dapat membuat bayi cerdas dan meningkatkan IQ-nya. Bagaimana hal ini bermula?


Kepopuleran musik Mozart dan musik klasik lainnya kemudian terangkat setelah dipublikasikannya penelitian di tahun 1993 oleh dua orang neurobiolog dari UCLA, Francis Rauscher dan Gordon Shaw. Mereka melaporkan bahwa mendengarkan Sonata for Two Pianos in D major atau Sonata untuk Dua Piano dalam D mayor (sebuah karya Mozart dengan piano yang dibuat tahun 1781 atau ketika ia berusia 25 tahun), selama 10 menit dapat meningkatkan kemampuan siswa sekolah menengah dalam memecahkan masalah spasial temporal.

Hasil penelitian ini kemudian populer ke seluruh dunia berkat sebuah buku yang ditulis Don Campbell, The Mozart Effect atau Efek Mozart (EM). Campbell dianggap orang pertama yang menyebarluaskan pengaruh EM ke seluruh dunia hingga EM menjadi tren dan mode yang dipercaya sekaligus dikagumi. Hal itu dilakukan tidak sekadar sensasi ilmu pengetahuan, tetapi juga bisnis dan industri popularitas seperti layaknya budaya pop.

Pengaruh buku ini meluas hingga pada kebijakan politik. Pada tahun 1998, Negara Bagian Georgia, AS mengeluarkan peraturan yang memastikan setiap ibu dari bayi yang baru lahir akan menerima CD musik klasik gratis. Begitu juga di tahun yang sama, pemerintah Florida mengesahkan undang-undang yang mengharuskan pusat-pusat penitipan anak yang didanai negara untuk memainkan musik klasik sedikitnya satu jam dalam sehari.

Selama satu dekade EM telah berkembang menjadi mode (atau endemi) yang dipercaya mampu meningkatkan kecerdasan bayi dan anak oleh sebagian pendidik musik dan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan di dalam buku tersebut disebutkan, "hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur musik Mozart sama dengan pola otak manusia", sehingga EM dipercaya sebagai stimulan yang ampuh untuk mencerdaskan janin dalam kandungan ketika ibu yang sedang hamil diperdengarkan musik Mozart.

Musik Klasik Tidak Mencerdaskan, Tidak Meningkatkan IQ

Baru-baru ini kita dikagetkan oleh sebuah fakta baru penelitian bahwa ternyata musik klasik tidak memiliki pengaruh apapun terhadap kemampuan kognitif seorang anak. Itu artinya, mendengarkan musik klasik tidak mencerdaskan anak sebagaimana yang selama ini diberitakan. Selama lebih dari 15 tahun, kita terkecoh oleh publisitas yang banyak membesar-besarkan tentang musik klasik yang dapat memacu kecerdasan seorang anak.

Beberapa orang peneliti dari University of Vienna, Austria yakni Jakob Pietschnig, Martin Voracek dan Anton K. Formann dalam riset mereka yang diberi judul “Mozart Effect” mengemukakan kesalahan besar dari hasil penelitian musik yang melegenda ini.

Pietschnig dan kawan-kawannya mengumpulkan semua pendapat dan temuan para ahli terkait dampak musik Mozart terhadap tingkat intelegensi seseorang kemudian mereka membuat riset terhadap 3000 partisipator. Hasilnya ternyata sangat mengejutkan! Berdasarkan penelitian terhadap ribuan partisipator itu, Pietschnig dan rekan-rekannya menyimpulkan bahwa tidak ada stimulus atau sesuatu yang mendorong peningkatan kemampuan spasial seseorang setelah mendengarkan musik Mozart.

Senada dengan Jacob Pietschnig dan kawan-kawannya, sebuah tim peneliti Jerman yang terdiri atas ilmuwan, psikolog, filsuf, pendidik, dan ahli musik mengumpulkan berbagai literatur dan fakta mengenai efek mozart ini. Mereka mengemukakan bahwa sangat tidak mungkin mozart dapat membuat seorang anak menjadi jenius.

Penelitian terbaru ini membantah habis-habisan hasil riset psikolog Frances Rauscher dan rekan-rekannya di University of California pada tahun 1993 yang mengemukakan bahwa musik Mozart ternyata dapat meningkatkan kemampuan mengerjakan soal-soal mengenai spasial.

"Silahkan anda mendengarkan musik Mozart, tapi jangan berharap itu akan mendorong kemampuan kognitif anda," kata Pietschnig. Menurut dia, Mozart Effect adalah sebuah legenda. Seorang psikolog dari Emory University, Scott E. Lilienfeld juga sependapat dengan temuan Pietschnig. Dalam bukunya yang berjudul "50 Mitos Paling Popular", Lilienfeld menempatkan "Mozart Effect" pada peringkat keenam.
Al-Quran Mencerdaskan Bayi Sejak dalam Kandungan

Berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah mukjizat yang telah Allah jamin kemurniannya hingga hari kiamat kelak. Ada banyak kemuliaan dan kebaikan yang ada dalam Al-Qur’an. Salah satunya adalah Al-Qur’an dapat merangsang perkembangan otak anak dan meningkatkan intelegensinya.
Setiap suara atau sumber bunyi memiliki frekuensi dan panjang gelombang tertentu. Nah, ternyata, bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan tartil yang bagus dan sesuai dengan tajwid memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang mampu mempengaruhi otak secara positif dan mengembalikan keseimbangan dalam tubuh.

Bacaan Al-Qur’an memiliki efek yang sangat baik untuk tubuh, seperti; memberikan efek menenangkan, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan kemampuan konsentrasi, menyembuhkan berbagai penyakit, menciptakan suasana damai dan meredakan ketegangan saraf otak, meredakan kegelisahan, mengatasi rasa takut, memperkuat kepribadian, meningkatkan kemampuan berbahasa, dsb.

Pada asalnya, milyaran sel saraf dalam otak manusia bergetar secara konstan. Sel ini berisi program yang rumit dimana milyar sel-sel di sekitar berinteraksi dalam sebuah koordinasi yang luar biasa yang menunjukkan kebesaran Allah.

Sebelum bayi lahir, sel-sel otaknya mulai bergetar berirama secara seimbang. Tapi setelah kelahirannya, tindakan masing-masing akan mempengaruhi sel-sel otak dan cara mereka bergetar. Jadi jika beberapa sel otak tidak siap untuk mentoleransi frekuensi tinggi, ini dapat menyebabkan gangguan dalam sistem getar otak yang pada gilirannya menyebabkan banyak penyakit fisik dan psikologis.
Seorang peneliti bernama Enrick William Duve menemukan bahwa otak bereaksi terhadap gelombang suara tertentu. Dan gelombang tersebut dapat berpengaruh secara positif dan negatif. Ketika beredar informasi bahwa musik klasik berpengaruh terhadap perkembangan otak manusia, banyak kalangan menggunakan musik klasik sebagai obat terapi.
Tapi, Al-Qur’an tetaplah obat yang terbaik. Terapi dengan Al-Qur’an terbukti mampu meningkatkan kecerdasan seorang anak, menyembuhkan berbagai penyakit, dsb. Ini dikarenakan frekuensi gelombang bacaan Al-Qur’an memiliki kemampuan untuk memprogram ulang sel-sel otak, meningkatkan kemampuan, serta menyeimbangkannya.
Satu lagi, Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab, yakni bahasa yang memiliki nilai sastra yang tinggi, dan bahasa nomor satu yang paling sulit untuk dipelajari. Kita tahu, bahwa tidak ada satupun dari kita yang mampu menandingi keindahan bahasa Al-Qur’an. Namun, tahukah Anda, bahwa ternyata jika kita mampu berbahasa Arab dapat memudahkan kita untuk menguasai bahasa asing lainnya?
Anak-anak yang terbiasa membaca Al-Qur’an disertai dengan memahami maknanya, ternyata memiliki kemampuan berbahasa yang lebih baik daripada anak-anak lain. Bahkan meski bahasa tersebut masih asing, ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk kemudian menguasainya, insya Allah.
Janin usia 7 bulan sudah dapat merespon suara-suara di sekitar ibunya. Nah, untuk itulah, penting bagi ibu hamil untuk banyak-banyak memperdengarkan Al-Qur’an kepada janinnya. Kita tidak mengharapkan mereka mengerti dan memahami apa yang kita baca. Namun, membiasakannya mendengarkan Al-Qur’an sejak dalam kandungan, membantunya untuk tumbuh dengan intelegensi tinggi, kemampuan berbahasa yang baik, dan kepribadian yang baik pula. 


Sumber:
http://www.wikimu.com/news/DisplayNews.aspx?id=16997
http://www.tempo.co/read/news/2010/05/11/061247066/Musik-Mozart-Tidak-Membuat-Pintar