Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Thursday, November 24, 2011

Bahaya Bisphenol A (BPA)


Botol bayi biasa digunakan oleh para ibu untuk memberikan susu formula kepada bayi mereka bila sudah bukan masa pemberian ASI atau memang tidak dapat memberikan ASI. Namun baru-baru ini muncul kekhawatiran bagi para orang tua akibat munculnya isu mengenai zat kimia pada botol bayi yang berbahaya yang disebut bisphenol A (BPA). BPA ialah suatu senyawa kimia sintetis yang dipakai untuk membuat plastik polikarbonat yang  biasa digunakan dalam beragam produk konsumer seperti botol bayi, botol air, piring, mug, dan gelas.

Bahan ini juga digunakan dalam produksi resin epoksifenolat yang berguna sebagai pelapis bagian dalam kaleng logam (termasuk kaleng susu formula bayi dan makanan kaleng lainnya), tangki penyimpan air, dan tong anggur. Bahan ini sudah digunakan dalam dunia pengemasan makanan selama lebih dari 50 tahun.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikatan BPA yang tergolong tidak stabil dapat menyebabkan sejumlah kecil zat kimia ini terlepas ke dalam makanan atau susu formula yang menjadi isi suatu kemasan yang mengandung BPA. Dan pada akhirnya lepasan BPA ini kemudian dapat tertelan oleh manusia. Pelepasan zat kimia ini akan terjadi semakin banyak saat botol bayi atau botol air terkena panas seperti saat direbus atau disterilisasi.

Para ilmuwan menyebutkan bahwa BPA dapat menjadi senyawa "pengganggu hormon" karena berpotensi mengganggu fungsi normal dari sistem hormon, baik itu pada manusia maupun pada hewan yang menimbulkan efek merugikan pada kesehatan, reproduksi, perkembangan, serta masalah tingkah laku (behavioural).

Pada tahun 1993, ditemukan bahwa BPA bersifat estrogenik dalam sel kanker payudara. Pada tahun 1997, peneliti yang bernama Fred Vom Saal bersama dengan rekan-rekannya di University of Missouri, Kolombia, Amerika Serikat, menyatakan bahwa BPA berbahaya bagi manusia dan penggunaannya harus dilarang. Pada Januari 2002, tim peneliti Universitas Cincinnati melaporkan bahwa BPA dapat meningkatkan pertumbuhan sel kanker prostat. Penelitian yang dirilis baru-baru ini, yaitu tahun 2007 oleh para peneliti dari universitas yang sama, juga mengindikasikan bahwa dosis rendah BPA dapat mengganggu perkembangan otak.

BPA juga dianggap dapat menyebabkan pematangan seksual dini pada wanita, peningkatan masalah neurobehavioral seperti attention deficit hyperacivity disorder (ADHD), autisme, dan peningkatan keagresifan, peningkatan obesitas, serta diabetes tipe 2. BPA juga dapat mengganggu perkembangan normal janin, menstimulasi perkembangan kelenjar susu yang merupakan faktor risiko kanker payudara, penurunan hormone (termasuk penurunan testosterone), menurunkan produksi sperma, dan mengubah fungsi kekebalan. Janin, bayi, dan anak-anak yang sedang mendekati masa pubertas adalah kelompok yang paling rentan terkena efek negatif dari BPA.

Suatu panel para ahli yang diselenggarakan oleh National Institutes of Health pada Agustus 2007 menyatakan bahwa pengaruh BPA pada manusia sungguh memprihatinkan dan penelitian lanjutan jelas sangat diperlukan.

Kontroversi BPA

Meskipun efek BPA terhadap kesehatan tampak menyeramkan, beberapa kalangan berpendapat bahwa para orang tua tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Gilbert Ross, M.D., Direktur Eksekutif dan Medis American Council on Science and Health, menganggap bahwa laporan-laporan mengerikan yang tanpa bukti ilmiah serta medis mengenai BPA hanyalah untuk memanipulasi kekhawatiran para orang tua.

Melalui analisis kimia yang mampu mengukur jumlah zat-zat di dalam tubuh dan jaringan sampai kepada jumlah yang sangat kecil, BPA dapat ditemukan pada tubuh semua orang, akan tetapi hal ini bukan berarti sangat membahayakan. BPA sendiri tidak pernah menunjukkan dapat memberikan pengaruh buruk kepada kesehatan manusia jika terdapat pada dosis yang sangat rendah yang merupakan paparan dari botol plastik atau pelapis kaleng. Ini berlaku bagi semua kelompok umur, termasuk di dalamnya bayi. Pada tikus yang dijadikan sebagai hewan percobaan, efek negatif BPA bisa saja terjadi karena dosis yang diberikan tinggi. Gilbert Ross juga menyebutkan bahwa istilah BPA sebagai "pengganggu hormon" adalah suatu istilah yang menakutkan, namun tak memiliki arti apa-apa.

Can Manufacturers Institute yang beranggotakan 80 persen produsen kaleng di Amerika Serikat menyatakan tidak ada alasan ilmiah yang dapat digunakan untuk merasa khawatir akan pengaruh BPA yang terdapat dalam kadar yang sangat rendah, yang dapat membahayakan manusia, termasuk pada anak-anak. Sejumlah perusahaan makanan juga tetap menolak menghilangkan BPA dalam kemasan produk mereka. Para pembuat aturan di Eropa dan Amerika Serikat percaya bahwa jumlah BPA yang terdapat pada makanan tidak membahayakan. Sejumlah negara juga masih ragu-ragu untuk membuat aturan yang keras sampai masalah BPA ini benar-benar terbukti dengan jelas.

"Orang tua yang menggunakan susu formula bayi tidak usah takut karena BPA yang digunakan pada kemasan formula bayi dan makanan lainnya jumlahnya sangat kecil," kata Marisa Salcines, juru bicara International Formula Council. "Saat ini tidak diperlukan perubahan pada cara pemberian makanan pada bayi."

Food and Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat telah meninjau BPA dan menyatakan bahwa saat ini tidak ada alasan untuk melarang atau membatasi penggunaan BPA dalam pengemasan pangan.

Bisphenol A is not a risk to human health.

Pencegahan

Beberapa langkah bisa diambil oleh para orang tua untuk menghindari BPA. Yang pertama adalah menghindari produk bayi yang menggunakan plastik polikarbonat. Caranya adalah dengan melihat nomor yang terdapat dalam segitiga tanda panah melingkar yang berada di bawah botol. Plastik polikarbonat diberi nomor 7 (walaupun begitu, tidak semua wadah bernomor daur ulang 7 dibuat dengan BPA).

Kedua adalah memilih peralatan bayi yang terbuat dari polietielen, polipropilen (nomor daur uang 1, 2, dan 5), poliamida (PA), polietersulfon (PES), bambu, gelas, atau stainless steel. Hindari penggunaan peralatan bernomor 3 (polivinilklorida, PVC) dan bernomor 6 (polistiren, PS). Jika tidak terdapat tanda nomor, diharuskan mencoba untuk menghubungi produsennya untuk menanyakan jenis plastik apa yang digunakan.

Ketiga, jika bisa, adalah menghindari mengonsumsi makanan kaleng. Lebih baik pilih makanan segar. Dan daripada membeli minuman ringan kalengan, lebih baik pilih yang dalam botol gelas.

http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?berita&id=14465
http://www.bisphenol-a.org/whatsNew/20060505.html?src=goog